“UMMU HABIBAH”
Membaca kisah para shahabiyah rasanya
tidak ada bosan-bosannya. Bukan karena kisah mereka yang menampakkan sosok
sempurna bagi seorang wanita, namun lebih daripada itu. Tampilan sosok wanita
yang digambarkan bak bidadari dengan wajah yang selalu berseri- seri, lurus
pemikirannya, sopan dalam bertutur kata dan bijaksana dalam membuat keputusan,
namun bukan karena itu juga. Perlu kiranya bagi kita untuk menelusuri kehidupan
mereka, hingga kita sadar betapa jauhnya perbedaan antara wanita yang masih
menghirup udara segar di zaman Rasulullah dengan wanita zaman sekarang. Dengan
demikian insya Allah akan tumbuh rasa ingin belajar dan memperbaiki diri lebih
mendekat dengan kehidupan para shahabiyah.
Ummu Habibah yang mempunyai nama asli
Ramlah binti Abu Sufyan. Lahir di tengah keluarga yang kental dengan ajaran
nenek moyang dan memiliki ayah yang tidak lain adalah pemuka Quraisy, lantas
kemudian tidak menjadikan hatinya tertutup untuk sebuah hidayah. Karena
sejatinya, siapapun yang sudah diberi hidayah oleh Allah maka tidak akan ada
yang dapat mencegahnya. Pun sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki hidayah
untuk seseorang maka tidak ada satupun yang bisa memaksanya. Ummu Habibah
adalah satu contoh kebenaran pernyataan ini. Dengan ketegasannya, beriman
kepada Allah dan RasulNya menjadi pilihan saat seruan itu sudah datang.
Ternyata semakin tinggi keimanan seseorang
maka semakin tinggi pula ujian yang diterimanya. Ummu Habibah juga mengalami
kondisi yang demikian. Setelah bersusah payah memperjuangkan keislamannya di
hadapan ayahnya, Abu Sufyan, dia kemudian diuji dengan murtadnya suaminya,
Ubaidullah bin Jahsys. Menjadi satu pelajaran yang sangat berharga, di tengah
kondisi yang rumit itu, ternyata dia tetap mampu berpegang teguh pada
keyakinannya. Dan rencana Allah tentulah sangat indah untuk mereka yang menjaga
kesucian dirinya. Akhirnya beliau dipersunting oleh Rasulullah sebagai
istrinya. Subhanallah!
Shahabiyah ini patut menjadi panutan kita
di tengah hiruk-pikuk dunia ini. Saat harta dan jabatan dirasa lebih mulia
dibandingkan keistiqamahan. Saat wanita yang mampu menghasilkan banyak uang
setelah sekolah tinggi dianggap hebat walau tanpa sadar mereka telah jauh dari
kodratnya sebagai ibu bagi anak- anaknya. Wanita ini juga memberi pelajaran
bagi kita ternyata Allah tidak akan memberi beban kepada kita jika kita tidak
sanggup. Oleh karena itu, apapun yang kita hadapi saat ini, semua itu adalah
bukti Allah cinta pada kita. Allah ingin kita lebih dekat denganNya, setelah
selama ini mungkin kita hidup di bawah kesenangan yang melalaikan kita. Kita pun
belajar dari dari shahabiyah itu bahwa
wanita perlu memiliki prinsip. Karena bagaimanapun keadaan kita kelak di
hadapanNya tergantung pada keputusan kita hari ini. Semoga Allah selalu
meneguhkan hati kita hingga selalu condong pada kebenaran dan ketaatan padaNya.
Senja_dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar