Mujahidah ini merupakan saudara sepupu Rasulullah,
beliau shahabiyah yang dibesarkan dilingkungan yang sangat mendukung terhadap
perkembangan dakwah Rasulullah dalam menyebarkan Islam. Seorang istri yang
menikah dengan seorang sahabat yang gigih melindungi Rasulullah dan menjadi
orang pertama yang menghunuskan pedangnya untuk berjihad dijalan Allah. Zubair
bin Awam. Rasulullah juga pernah berkata tentangnya, “Setiap Nabi memiliki
pengikut setia (hawari) dan pengikut setiaku adalah Zubair.” Mereka juga dikarunia anak yang bernama
Abdullah bin Zubair, seorang sahabat yang menjadi symbol dalam ilmu, ibadah,
kemuliaan, dan perjuangnnya dalam berjihad memenangkan aturan Allah. Juga
menurut Ja’far Ath-Tabari di dalam kitabnya mengatakan bahwa itulah kelahiran
pertama di Darul Hijrah (Madinah) dari kalangan muhajirin. Saat bayi itu lahir,
para sahabat Nabi meneriakan takbir. Hal itu karena tersiarnya kabar bahwa
orang-orang Yahudi telah menyihir kaum muslimin sehingga mereka tidak bisa
memperoleh keturunan. Mereka meneriakan takbir sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Allah yang telah membongkar kebohongan kaum Yahudi.
Tak
dipungkiri, keberadaanya dilingkungan itu menjadikannya sosok yang lebih kuat
dan yakin akan kebenaran. Beliau menjalankan perannya sebaik mungkin. Sejarah
telah mencatat peran Asma dalam peristiwa hijrah Rasulullah, sehingga beliau
menyebutnya dengan Dzatu an-Nithaqain (pemilik dua ikat pinggang). Karena ketika
Rasulullah hijrah ke Madinah dan bersembunyi di gua tsur, beliau lah yang
mengantarkan makanan kepada Rasulullah dan ayahnya Abu Bakar seorang diri
dengan menggunakan ikat pinggang untuk makanannya juga untuk tubuhnya sendiri.
Bahkan
Asma pernah didatangi para pembesar Quraisy, diantaranya adalah Abu Jahal. dia
mendatangi Asma karena ingin menanyakan keberadaan Abu Bakar dan Rasulullah.
Namun Asma mengingkari bahwa dia tidak mengetahui keberadaan ayahnya. Hingga
Abu Jahal memaksa sampai memukulnya dengan keras, mengakibatkan telinga dan
pendengarannya rusak dalam waktu yang cukup lama.
Keteladanannya
yang sempurna dalam hal sabar dan syukur, sabar ketika kekurangan dan bersyukur
atas ni’mat yang didapat. Sosok kedermawanannya banyak menoreh pesan menarik
untuk keluarganya, “Bersedekahlah kalian, dan jangan menunggu kelebihan harta.
Jika kalian menunggu kelebihan harta, maka kalian tidak akan mendapatkannya.”
Suatu
ketika putranya membaiat khalifah kaum muslimin yang berpusat dikota Mekah.
Namun, Bani Umayyah tidak menerima hal itu, mk suatu pasukan tentara yang ganas
dibawah pimpinan Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi keluar dari Syam untuk memaksanya agar
tidak membaiat khalifah makkah atau membunuhnya jika menolak pilihan pertama.
Terjadilah pengepungan kota Makkah dan orang-orang yang ada didalamnya,
terjadilah perundingan antara kekuatan tentara dari syam dan kekuatan kelompok
orang-orang mukmin yang tetap sabar dalam kota Makkah. Suasana sangat mencekam,
karena alat-alat perang yang dilempar berjatuhan mengenai tiang-tianf ka’bah.
Abdullah bin Zubair dan pengikutnya lari keluar dari Makkah dan meninggalkan
khalifahnya yang nasibnya tidak diketahui.
Ketika
itu, Abdullah pergi kepada ibunya Asma yang sudah berumur seratus tahun dan
matanya sudah buta, tidak melihat. Abdullah berkata, “Wahai Ibunda, orang-orang
telah menghinakanku sampai juga anak dan keluargaku, tidak ada yang mengikutiku
hanya sedikit sekali.”
Sang
Ibunda berkata,”Demi Allah wahai putraku, kamu lebih mengetahui tentang
urusanmu. Jika kamu tahu bahwa kamu ada dalam pihak yang benar dan kamu
mengajak kepadanya maka tetaplah dan berpegangteguhlah. Teman-temanmu telah
terbunuh karenanya dan janganlah budak-budak Umayah mempermainkanmu.”
“Tetapi jika perjuangan ini demi dunia maka kamu
adalah budak yang paling buruk. Kamu telah menghancurkan dirimu sendiri dan
binasalah orang-orang yang berperang denganmu.”
“jika kami katakana bahwa kamu berada dalam pihak
yang benar dan sahabat-sahabatku telah lemah maka kamu pun lemah. Ini bukanlah
perbuatan orang-orang yang merdeka, bukan juga ahli agama.” Asma pun
mellanjutkan pembicaraannya dan berkata, “ berapa lama keabadianmu didunia yang
pana ini? Berperang adalah lebih baik?”
Abdullah pun mendekat keppalanya lalu berkata, “
Demi Allah, ini adalah pendapatku juga tetapi aku inginmengetahui pendapat
ibunda dan pendapat ibunda telah menambah keyakinanku.”
“lihatlah wahai Ibunda, aku mungkin terbunuh hari
ini, maka janganlah engkau terlalu bersidih dan serahkanlah seluruhnya kepada
Allah.”
Ibunda Asma berkata,”Benar apa yang engkau katakana
wahai putraku, Allah telah menguatkan keyakinanmu dan mendektlah kepadaku. Aku
akan mengucapkan selamat berpisah.” Abdullah pun mendekati ibunya dan memeluk
serta menciumnya. Lalu keluar untuk berperang dan terus berperang hingga
syahid.
Al-Hajjaj tidak meletakan tubuh Abdullah bin Zubair
diatas kayu dan dia bersumpah untuk tidak menurunkannya hingga ibunda Abdullah
member syapaat untuk dirinya. Namun Asma, seorang ibu yang imannya kuat dan
penyabar menolak untuk menundukan kepalanya kepada Al-Hjjaj selamanya. Dia tahu
kalau putranya syahid fi sabilillah. Dia tetap hidup seperti dalam firman
Allah,
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-oarang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan
mendapat rezeki.”(QS. AL-Imron:169)
Tubuh Abdullh masih terus tersimpan di atas
kayu,hingga suatu hari bunda Asma lewat di dekatnya dan berkata,” sekarang
waktunya kesatria ini untuk pergi.” Al-Hajjaj menafsirkan pernyataan Asma ini
sebagai syafaat, lalu tubuh Abdullah pun diturunkan.
Pada riwayat lain disebutkan bahwa Abdullah bin
Marwan memerintahkan untuk menurunkn tubuh Abdullah bin Zubair dan Ibunya
berkata,”Ya Allah, janganlah Engkau mematikanku sampai pelita hatiku
mendapatkan tempat yang tenang.” Ketika tubuh Abdullah bin Zubair dikuburkan
dengan tenang, satu minggu setelah itu meninggal.
Dalam suatu riwayat juga disebutkan bahwa suatu
hari AL-Hajjaj masuk bertemu Asma dengan bertakbir dan berkata,” Apa pendapatmu
tentang yang aku lakukan terhadap putramu?” Asma menjawab, ”Kamu telah menghancurkan
duninya dan akhiratmu.”
Sungguh jawaban yang penuh hikmah dari seorang
wanita mukminah, putri dari Abu Bakar Ash Shidiq. Asma telah banyak mewarisi
sifat-sifat mulia dari ayahnya Abu Bakar. Dia seorang Ibu yang telah mendidik
anak-anaknya dengan pendidikan yang sebbaik-baiknya. Ketka menikah, dia telah
menjadi istri yang ideal, yang telah berhijrah demi agamanya dan lari kepada
Rabbnya. Sjarah telah mengabadikan keharuman namanya.
Kita mungkin bertanya-tanya dan berharap,
seandainya Asma, sang pemilik dua lilitan ikat pinggang hidup kembali di zaman
sekarang dan ingin menasihati putri-putrinya menjadi istri-istri yang shalehah,
ibu-ibu yang baik yang selalu menjaga diri dan keluarganya. Siapa pun bisa
menjadi seperti Asma, dengan Asma-Asma yang lain sesuai perannya. Selama itu
masih dalam satu jalan yang kita tempuh, yakni islam.
2 komentar:
subhanallah,,,
semoga aku,kamu kita semua adalah asma-asma yang kesekiannya,,,
amin ya mujib
amiin..
kita sama-sama saling mengingatkan, untuk perbaikan diri...^^
Posting Komentar