Ummul
mujahidin. Begitulah ia dikenal. Dia adalah Afra’, seorang ibu yang mempunyai
dua putra yang ingin berkiprah daam perang Badar. Padahal, putranya itu masih
kecil-kecil. Begitulah, kecil-kecil jadi mujahid.
Afra’
mendorong kedua anaknya yang masih belia terjun kedalam kancah jihad fisabilillah
dan membea agama Allah dan Rasul-Nya. Kedua anakna, Auf dan Mua’dz, ikut
berjihad daam perang Badar. Abdurrahman bin Auf memaparkan peran keduanya.
Dalam
perang Badar, saya berdiri dalam pasukan kaum muslimin, saya melihat ke kiri
dan ke kanan dan mendapati dua anak muda dari kaum Anshar. Saat itu saya
berangan-angan, “ah.. seandainya saya lebih kuat dari kedua anak itu.”
Salah
seorang dari keduanya memberi isyarat dengan tatapan matanya kepada saya, lalu
berkata dengan nada perlahan agar saudaranya tidak mendengar ucapannya.
“paman,
tahukah paman orang yang bernama Abu Jahl bin Hisyam?”
“apa
urusanmu dengannya?”
“saya
tahu,” jawabannya, “Abu Jahal sangat besar gangguan dan permusuhannya terhadap
Rasulullah saw. Dan saya telah berjanji kepada Allah utuk membunuhnya atau saya
terbunuh olehnya!”
Abdurrahman
bin Auf berkata, “saya benar-benar kagum kepadanya. Dan tiba-tiba temannya yang
lain juga member isyarat dengan sorot matanya kepada saya kemudian bertanya
kepada saya dengan suara lirih seperti saudaranya tadi. Saat itu saya
membayangkan,”ah… seandainya saya lebih kuat dari kedua ank tersebut.” Kemudian
kutunjukan Abu Jahal kepada keduanya. Selanjutnya keduanya melesat seperti
burung elang menuju Abu Jahal dan mengeroyokny hingga Abu Jahl tersungkur
meregsng maut.
Lalu
kedua anak tersebut berlari ke arah Rasulullah dan mengabarkan karya besar
mereka, membunuh dedengkot orang kafir. Rasulullah pun bertanya kepada
keduanya, “siapa diantara kalian yang telah berhasil membunuhnya?”
masing-masing menjawab,”saya yang telah membunuhnya,””saya yang telah
membunuhnya.” Lalu Nabi pun bertanya lagi, ”sudahkan kalian membersihkan pedang
kalian?” “Belum”, jawab mereka. Beliau melihat pedang mereka berdua, “kalian
berdua telah membunuhnya.”
Janji adalah energy. Kekuatannya
dahsyat merasuk ke dalam hati. Sebab, ia mengikat untuk diikuti dan
dipatuhi. Tak mau melanggar apalagi menghianati. Janji, apabila benar-benar
dihayati sungguh akan mampu mengubah diri, meningkatkan kepercayaaan diri
dan mengantarkan kepada kesyahidan di jalan Allah Rabbul ‘Izzati. (Solikhin
Abu Izzudin)
|
0 komentar:
Posting Komentar